Jumat, 07 Maret 2014

zoonosis




Zoonosis adalah infeksi yang ditularkan diantara  hewan  vertebrata  dan  manusia atau sebaliknya. Zoonosis mendapat perhatian secara global dalam beberapa tahun terakhir baik mengenai epidemiologi, mekanisme transmisi  penyakit  dari hewan ke manusia, Beberapa yang paling penting dan terkenal zoonosis manusia disebabkan oleh worm atau parasit cacing, termasuk spesies nematoda (trichinellosis), cestoda (cysticercosis, echinococcosis) dan trematoda (schistosomiasis) (Ekong, 2012)
Nematoda adalah cacing yang bentuknya panjang, silindrik (gilig) tidak bersegmen dan tubuhnya bilateral simetrik, panjang cacing ini mulai dari 2 mm sampai 1 meter. Nematoda yang ditemukan pada manusia terdapat dalam organ usus, jaringan, dan sistem peredaran darah. Keberadaan cacing ini menimbulkan manifestasi klinik yang berbeda-beda tergantung pada spesiesnya dan orga yang diserang. Sedangkan cestoda disebut juga sebagai cacing pita, karena bentuknya pipih panjang seperti pita. Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya, sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus). Manusia dapat terinfeksi cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna. Inang perantara cestoda adalah sapi pada taenia saginata dan babi pada taenia solium.
Trematoda atau disebut juga Cacing Isap adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Platyhelminthes. Jenis cacing Trematoda hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia, tubuhnya dilapisi dengan kutikula untuk menjaga agar tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya dan mempunyai alat pengisap dan alat kait untuk melekatkan diri pada inangnya. Contoh anggota Trematoda adalah Fasciola hepatica (cacing hati). Cacing ini hidup di hati ternak kambing, biri-biri, sapi, dan kerbau (Gatot, 2003)

campylobacter


Makanan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia. Jaminan akan keamanan pangan merupakan hak asasi konsumen. Kita perlu mewaspadai makanan yang mengandung bakteri patogen dan zat-zat beracun yang dijual dan beredar di pasaran. Keracunan pangan atau foodborne disease (penyakit bawaan makanan), terutama yang disebabkan oleh bakteri patogen masih menjadi masalah yang serius di berbagai negara termasuk Indonesia. Produk pertanian sebagai sumber pangan, baik pangan segar maupun olahan, harus selalu terjamin keamanannya agar masyarakat terhindar dari bahaya mengkonsumsi pangan yang tidak aman. Dengan menghasilkan produk pertanian atau bahan pangan yang aman dan bermutu maka citra Indonesia di lingkungan masyarakat internasional akan meningkat pula (Rahayu, 2005).
Campylobacter seperti diketahui merupakan masalah kesehatan hewan sejak awal abad 20, ketika dilakukan isolasi, kemudian dikenal sebagai Vibrio fetus, hal ini dihubungkan dengan adanya aborsi pada domba dan sapi. Tahun 1931 spesies Vibrio jejuni merupakan penyebab terjadinya disentri anak sapi pada saat musim dingin dan pada tahun 1946 organisme yang sama diisolasi dari kultur darah penderita wabah milk borne dengan diare akut. Kemudian King mengisolasi darah manusia, dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan suhu optimum pertumbuhan. Satu kelompok berhubungan dengan Vibrio fetus dan yang kedua adalah kelompok termofilik dengan pertumbuhan optimum 42°C, berasal dari pasien yang menderita diare (Adams dan Moss, 2008).
Kedua kelompok ini secara biokimia, serologis serta rasio mol % G+C berbeda dengan kolera dan halofilik vibrio dan pada tahun 1963 diklasifikasikan lagi menjadi genus yang baru yaitu Campylobacter. Pada tahun 1970 dengan memakai media selektif diidentifikasikan sebagai Campylobacter jejuni dan Campylobacter coli sebagai penyebab utama kasus diare, melampaui kejadian Salmonella di beberapa negara. Campylobacter jejuni subs jejuni dan C. coli bertanggung jawab sampai 95% terhadap terjadinya Campylobacteriosis pada manusia (Lastovica dan Skirrow, 2000).
Genus Campylobacter hampir sama dengan Arcobacter seringkali dihubungkan dengan kejadian aborsi dan enteritis pada sapi dan babi. Dua spesies Arcobacter butzleri dan A. Cryaerophilus juga menginfeksi manusia menyebabkan diare, bakterimia dan infeksi ekstra enterik  (Adams dan Moss, 2008).