Rabu, 11 Januari 2017

ASPERGILLOSIS


PENDAHULUAN Jamur merupakan organisme uniseluler maupun multiseluler. Hidup secara heterotrof dengan jalan saprofit (menguraikan sampah organik), parasit (merugikan organisme lain), dan simbiosis. Habitat jamur secara umum terdapat di darat dan tempat yang lembab. Jamur uniseluler dapat berkembangbiak dengan dua cara yaitu vegetatif dapat dilakukan dengan cara membentuk spora, membelah diri, kuncup (budding) dan secara generatif dengan membentuk spora askus sedangkan untuk jamur multiseluler reproduksi vegetatif dengan cara fragmentasi, konidium, zoospora. Secara generatif dapat dilakukan dengan cara konjugasi, hifa yang akan menghasilkan zigospora, spora askus, spora basidium (Anonimus, 2008a). Iklim tropis mengakibatkan komoditas pangan di Indonesia rentan terhadap kontaminasi kapang dan toksin metabolit seperti aflatoksin dari Aspergillus sp. Aflatoksin dapat mencemari kacang tanah, jagung, dan hasil olahannya serta pakan ternak. Hewan ternak yang mengonsumsi pakan tercemar aflatoksin akan meninggalkan residu aflatoksin dan metabolitnya pada produk ternak seperti daging, telur, dan susu. Hal tersebut menjadi salah satu sumber paparan aflatoksin pada manusia, aflatoksin dapat mengakibatkan penyakit dalam jangka pendek (akut) dan jangka panjang (kronis) (Anonimus, 2004). Makanan merupakan salah satu media terbaik bagi suatu mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang biak sehingga makanan seringkali menjadi rusak karena terkontaminasi oleh mikroorganisme. Mikroorganisme mampu memecah komponen yang ada di dalam makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana, makanan yang dirusak oleh mikroorganisme itu akan mengalami perubahan, penguraian, nilai gizi serta nilai organoleptik. Untuk mengatasi atau mencegah makanan yang sudah terkontaminasi banyak upaya yang dilakukan seperti pengawetan. Pengawetan makanan dapat dilakukan dengan mengatur suhu, pH, dan waktu sterilisasi yang melebihi ambang batas hidup mikroorganisme. Aspergillus flavus merupakan jenis mikroorganisme pembusuk yang bersifat lipolitik. Jamur ini dapat menyebabkan kerusakan pada makanan dan bahkan pada roti-rotian, sayur-sayuran, buah-buahan dan makanan lainnya (Anonimus, 2009a). Gangguan kesehatan yang diakibatkan spora kapang terutama akan menyerang saluran pernapasan. Asma, alergi rinitis, dan sinusitis merupakan gangguan kesehatan yang paling umum dijumpai sebagai hasil kerja sistem imun tubuh yang menyerang spora yang terhirup (Curtis et al. 2004). Penyakit lain adalah infeksi kapang pada saluran pernapasan atau disebut mikosis. Salah satu penyakit mikosis yang umum adalah Aspergillosis yaitu tumbuhnya kapang dari genus Aspergillus pada saluran pernapasan (Dahlan, 1998). Selain genus Aspergillus, beberapa spesies dari genus Curvularia dan Penicillium juga dapat menginfeksi saluran pernapasan dan menunjukkan gejala mirip seperti Aspergillosis (Mazur et al. 2006). Carlile & Watkinson (1994) menyatakan bahwa jumlah spesies fungi yang telah teridentifikasi hingga tahun 1994 mencapai 70.000 spesies. Dari jumlah tersebut sekitar 10.000 spesies merupakan kapang. Menurut Kuhn & Ghannoum (2003), sebagian besar spesies fungi terdapat di daerah tropis disebabkan karena kondisi iklim daerah torpis yang hangat dan lembab yang mendukung pertumbuhannya. Aspergillus Aspergillus adalah fungi saprofit berkonidia dan melepaskan banyak spora dalam proses reproduksinya. Beberapa spesies membentuk vesikula pada ujung konidiosporanya, fungi ini menghasilkan miksotoksin yang menyebabkan kerusakan pada biji dan benih tanaman biji-bijian. Aspergillus dijumpai pada berbagai habitat dan kondisi lingkungan yang berbeda serta banyak dijumpai dalam tanah, udara, dan lingkungan perairan. Aspergillus tahan pada kondisi kelembaban rendah dan temperatur ekstrim. Oleh karena itu fungi ini berperan sebagai fungi gudang yang melapukkan berbagai produk pertanian dan makanan kering. Terdapat berbagai macam aplikasi spesies Aspergillus untuk memproduksi antibiotika dan mekanis genetik yang bermanfaat. Aspergillus juga banyak digunakan dalam fermentasi makanan untuk tujuan komersial sebagai contoh Aspergillus niger digunakan untuk membuat asam sitrat yang banyak digunakan dalam pengawetan minuman ringan dan makanan kaleng. Namun beberapa spesies dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian contohnya Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus yang menghasilkan alfatoksin menyebabkan busuk pada selaput tongkol jagung (Anonimus, 2009b). Di antara jutaan jamur di muka bumi ini, jenis Aspergillus sp paling sering menimbulkan infeksi pada paru-paru. Jamur ini merupakan jamur rumahan yang sporanya sangat banyak bertebaran di udara dan di dalam rongga pernapasan manusia yang sehat. Pada saat kekebalan tubuh rendah pertumbuhan jamur akan cepat dan Aspergillus mampu menginvasi arteri dan vena sehingga lokasinya bisa menyebar hingga ke seluruh tubuh. Spesies Aspergillus merupakan jamur yang umum ditemukan di materi organik meskipun terdapat lebih dari 100 spesies, jenis yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia ialah Aspergillus flavus, Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus dan Aspergillus clavatus yang semuanya menular dengan transmisi inhalasi. Umumnya Aspergillus akan menginfeksi paru-paru. Aspergillus dapat menyebabkan banyak penyakit pada manusia dan hewan, disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas atau invasi langsung (Anonimus, 2008b) Aspergillus flavus merupakan salah satu jamur yang dapat menghasilkan mikotoksin yaitu aflatoksin. Mikotoksin adalah senyawa toksin yang dihasilkan oleh jamur selama proses perusakan bahan makanan dan memiliki toksisitas tinggi serta bersifat karsinogenik. Aflatoksin terutama aflatoksin B1 (AFB1) diketahui beracun terhadap sejumlah besar organisme termasuk hewan laboratorium dan hewan peliharaan. AFB1 merupakan metabolit dari Aspergillus flavus yang mempunyai kemampuan memproduksi ROS (Reactive Oxygen Species) yang dapat menyebabkan terjadinya oksidasi lipid dan kerusakan oksidatif (Anonimus, 2001). Aspergillus dapat menyebabkan spektrum penyakit pada manusia, akibat dari reaksi hipersensitivitas karena angioinvasi langsung. Umumnya Aspergillus akan menginfeksi paru-paru yang menyebabkan empat sindrom penyakit yakni Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA), Chronic Necrotizing Pneumonia Aspergillosis (CNPA), Aspergiloma, dan Aspergilosis invasif. Pada pasien yang imunokompromais aspergillosis juga dapat menyebar ke berbagai organ menyebabkan endoftalmitis, endokarditis, dan abses miokardium (Anonimus, 2008c). Aspergillosis Pada Unggas Dan Mamalia Aspergillosis adalah penyakit jamur pada unggas, burung-burung liar termasuk penguin dan mamalia yang sudah lama dikenal di beberapa negara. Jenis Aspergillus yang dianggap pathogen untuk hewan adalah Aspergillus fumigatus, Aspergillus niger, Aspergillus glaukus, Aspergillus flavus dan Aspergillus candidus. Patogenesis dari Aspergillus sp., dipengaruhi oleh beberapa factor : • jumlah toksin dan jenis toksin yang dihasilkan • organ yang terserang • daya tahan tubuh hewan • infeksi sekunder. Toksin yang dihasilkan suatu spesies jamur seperti Aspergillus sp dikenal dengan istilah mycotoksin. Biasanya jamur-jamur tersebut tumbuh pada hasil-hasil pertanian yang tidak mendapat penanganan yang baik pada pasca panen. Untuk wilayah Indonesia komoditi Jagung, gaplek serta dedak merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur-jamur tersebut dan semuanya merupakan bahan yang dipakai dalam pakan campuran konsentrat (Anonimus, 2008d). Mycotoxin yang dihasilkan oleh species Aspergillus yaitu CPA, Aflatoxin B1, B2, G1, G2 , dan Ochratoxin A (Anwar, 1991). Saat ini beberapa mycotoxin yang sudah teridentifikasi di Indonesia yaitu AFB1, ZEN, DON dan CPA (Anonimus, 2008d) dan dipertegas oleh Anwar (2001) bahwa hampir 81% sample dari feedmill yang ada terkontaminasi oleh CPA. Keberadaan CPA merupakan ancaman bagi saluran pencernaan unggas. Patogenesis Dan Patogenesitas Pada Unggas Di Indonesia kejadian-kejadian penyakit aspergillosis sering terlihat pada ayam, itik dan angsa yang bersifat menahun. Aspergillosis pada unggas merupakan penyakit pernafasan yang bersifat berat dan juga dapat menimbulkan lesi pada organ lain seperti hati, otak dan mata. Penyakit ini disebut juga brooder pneumonia, micotik pneumonia dan fungal pneumonia. Penyakit ini dapat bersifat akut dan kronis. Sifat akut biasa terjadi pada ayam yang masih muda dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi sedangkan yang bersifat kronis biasa ditemukan pada ayam dewasa tetapi morbiditas dan mortalitasnya rendah. Aspergillus sp dapat masuk kedalam tubuh unggas dan menyebabkan aspergillosis melalui : • Inhalasi spora • Pakan yang terkontaminasi • Telur yang mengandung spora Penyakit ini dapat ditemukan dalam beberapa bentuk yakni : • Bentuk pulmonun, ditemukan pada burung puyuh, kalkun, ayam dan berbagai jenis burung liar atau peliharaan tertama penguin • Bentuk sistemik, ditemukan pada kalkun dan ayam • Bentuk kulit jarang muncul dan dapat ditemukan pada ayam dan burung merpati yang ditandai dengan adanya dermatitis granulomatosa. • Bentuk tulang (osteomikosis), ditemukan pada ayam yang ditandai adanya infeksi Aspergillus sp pada tulang punggung dan dapat mengakibatkan terjadinya paralisis, merupakan perluasan infeksi dari pulmo yang menyebar melalui sirkulasi darah. • Bentuk mata, ditemukan pada ayam dan kalkun yang bersifat unilateral dan lesi pada konjungtiva dan permukaan luar mata yaitu adanya pembentukan eksudat kaseus (plaque) dibawah membrane nictitans, keratitis radang (kornea) dan infeksi pada bagian superficial mata. • Bentuk encephalitik, ditemukan pada ayam, kalkun dan itik. Adanya lesi oleh hyphae dari Aspergillus sp, gangguan syaraf pusat atau lesi pada otak. Spora yang masuk kedalam tubuh unggas terbawa aliran darah sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ. Setiap mycotoxin mempunyai efek negatif pada target organ yang berbeda-beda misalnya Aflatoxin menyebabkan kerusakan pada hati sedangkan Ochratoxin A menyebabkan kerusakan pada ginjal ternak. Secara umum serangan mycotoxin pada ternak unggas mengakibatkan : • Terjadi immunosuppresion (dikarenakan ada kelainan tymus dan bursa fabricus sebagai pabrik antibody) • Penurunan Feed Intake • Produksi telur akan terganggu serta turunnya hatchability • Pertumbuhan bobot badan (PBB) yang rendah • FCR tinggi • Penurunan pigmentasi kulit • Terjadi kelainan organ dalam seperti gizzard, hati dan ginjal. • Peningkatan mortality Diantara beberapa akibat diatas, ada satu yang benar-benar harus dicermati yaitu terjadinya imunosuppression. Apabila ini telah terjadi maka dapat diprediksikan bahwa di farm tersebut akan terjadi invasi dari virus/bakteri pathogenic. Dengan terjadinya penurunan daya tahan tubuh (immune) maka ternak tersebut akan lebih mudah terinfeksi virus/bakteri yang gejalanya lebih jelas dari pada faktor primernya (mycotoxin). Masing-masing ternak mempunyai daya tahan yang berbeda-beda terhadap kontaminasi mycotoxin dalam pakan. Apabila kandungan mycotoxin didalam pakan masih dalam batas ambang aman, maka ternak tersebut masih bisa bertahan, tidak mengalami kematian hanya terganggu proses-proses metabolismenya dan apabila kandungan mycotoxin telah melebihi batas ambang aman maka ternak tersebut mulai menampakkan gejala-gejala mycotoxicosis. Ayam broiler mampu mentoleransi aflatoxin sebesar 0.010 ppm (10 ppb) sedangkan ayam layer mampu sampai dengan 0.02 ppm (20 ppb). Untuk semua unggas muda masih bisa bertahan terhadap kontaminasi Aflatoxin sampai dengan 0.05 ppm (50 ppb), untuk unggas dewasa sampai dengan 0.10 ppm (100 ppb) (Kasmiati dkk, 2008). Kejadian Penyakit Aspergilosis dapat menyerang berbagai spesies unggas di dunia. Penyakit ini dapat bersifat akut dan kronis. Benrtuk akut biasa terjadi pada ayam yang masih muda dan bentuk kronis biasa ditemukan pada ayam dewasa. Faktor-faktor pendukung timbulnya asperegilosis adalah keadaan kandang dengan ventialsi yang kurang memadahi, kandang berdebu, kandang dengan kelembaban tinggi dan temperature relative tinggi (>25OC), kadar ammonia tinggi, liter basah dan lembab, pakan lembab dan berjamur, penyakit imunosupresif, pencemaran pada inkubator dan temperatur pemanas yang rendah pada saat pemeliharaan DOC. Penyakit ini dapat ditemukan dalam beberapa bentuk yaitu bentuk pulmonum, sistemik, kulit, mata dan otak. Berbagai bentuk aspergilosis dapat ditemukan secara tunggal ataupun bentuk campuran. Penyakit infeksius akut/ kronis pada unggas yang disebabkan oleh jamur, yang ditandai gangguan pernafasan dan nodule/ plaque pada paru-paru dan airsac. Pada ayam, Aspergillosis disebabkan oleh dua jenis jamur: Aspergillus fumigatus dan Aspergillus flavus. Kedua jenis jamur ini sering ditemukan di lingkungan, biasanya terdapat pada sisa-sisa tumbuhan yang dipotong dan membusuk, di tanah dan biji-bijian. Spora dari bahan tersebut diterbangkan bersama angin dan debu dan masuk ke kandang dan terhirup oleh ayam, penyakit ini ditularkan melalui inhalasi spora ke dalam pernafasan ayam dan faktor stress meningkatkan kepekaan terhadap kasus aspergillosis (Anonimus, 2009). Cara Penularan Rute penularan paling utama melalui pernafasan yaitu dengan menghirup spora dalam jumlah banyak. Selain itu penyakit aspergillosis dapat ditularkan melalui telur karena organisme ini dapat tumbuh di bagian dalam dalam dari telur yang dapat menurunnya daya tetas dan peningkatan kematian embrio. Sehingga dimungkinkan anak ayam yang menetas dan masih hidup akan mempunyai resiko tinggi terinfeksi aspergillosis dan pencemaran Aspergillus sp. dapat ditemukan didalam setter, hatcher, ruang incubator dan internal duct. Gejala Klinis Masa inkubasi Aspergillosis sekitar 4-10 hari dan proses penyakit dapat berlangsung dua sampai beberapa minggu. Ada 2 bentuk pada penyakit ini: Bentuk Akut Gejala yang terlihat meliputi kesulitan bernafas (dyspnoea), bernafas melalui mulut, peningkatan frekuensi pernafasan, kehilangan nafsu makan dan kadang dapat terjadsi paralysis (kelumpuhan), kejang-kejang yang disebabkan oleh toksin Aspergillus sp. Jika gangghuan pernafasan hanya di sebabkan oleh Aspergillosis maka tidak akan terdengar suara ngorok hanya terlihat kesulitan bernafas saja dan bersifat kering. Ayam yang terinfeksi berat biasanya akan mati dalam waktu 2-4 minggu. Mortalitas sekitar 5%-20% tapi juga kadang-kadang dapat mencapai 50%. Bentuk Kronis Gejala yang terlihat pada bentuk kronis meliputi kehilangan nafsu makan, lesu, bernafas melalui mulut, emasiasi, sianosis (kebiruan pada kulit di daerah kepala dan jengger) dan dapat berlanjut dengan kematian. Lamanya proses penyakit tergantung pada umur dan daya tahan dari ayam. Proses penyakit dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan. Mortalitas biasanya kurang dari 5%. Pertumbuha ayam tidak seragam oleh karena adanya hambatan pertumbuhan pada ayam akibat infeksi oleh Aspergillus sp. Perubahan Patologik Makroskopik Lesi awal akan terlihat meliputi noduli kaseus kecil berwarna kekuningan dengan diameter 1 mm yang tersebar secara acak pada jaringan paru. Lesi pada paru biasanya disertai adanya plaque yang berisi eksudart kaseus berwarna kuning yang mengumpul pada daerah koloni jamur pada kantung udara dengan ukuran 1-2 mm sehingga akan terlihat adanya penebalan pada kantung udara. Pada kasus yang melanjut organisme tersebut kerapkali mengalami sporulasi pada permukaan lesi kaseus dan permukaan kantung udara yang menebal yang ditandai adanya pertumbuhan jamur berwarna kelabu kehijauan. Lesi pada paru dapat juga berbentuk perubahan warna kuning kelabu yang difus tanpa adanya bentukan noduli. Mikroskopis Lesi pada paru pada stadium awal aspergillosis bersifat adanya timbunan limfosit, sejumlah makrofag dan beberapa gian cell yang bersifat fokal. Pada stadium selanjutnya maka akan berkembang menjadi nekrosis granuloma yang terdiri atas daerah nekrosis sentral yang mengandung heterofil dan dikelilingi makrofag, giant cell, limfosit dan sejumlah jaringan ikat. Diketemukannya agen penyebab Aspergillus sp. berupa hiphae yang mrenembus jaringan parenkim maupun intertisium terutama pada daerah jaringan nekrosis. Diagnosis Diagnosa dugaan sementara dapat didasarkan atas riwayat kasus, lesi yang spesifik pada ayam yang terinfeksi dan membuktikan adanya hiphae dalam pemeriksaan mikroskopis secara langsung pada jaringan yang dicurugai. Diagnosis akhir didasarkan atas isolasi dan identifikasi jamur di laboratorium mikrobiologi. Aspergillus adalah suatu cendawan yang reproduksinya secara aseksual dengan memproduksi spora yang disebut conidia. Lingkaran hitam di pusat penjuluran adalah suatu massa conidia, bentukan warna biru adalah hyphae yang secara normal tumbuh pada media. Pada perbesaran yang lebih tinggi menunjukkan suatu gambaran yang lebih terperinci dan jelas pada conidia. Aspergillus flavus merupakan kapang saprofit. Koloni yang sudah menghasilkan spora berwarna cokelat kehijauan hingga ke hitaman, miselium yang semula berwarna putih tidak tampak lagi. Prinsip Diagnosa secara Mikrobiologi Diagnopsa Aspergillosis berdasarkan pada koloni cendawan yang tumbuh pada media padat. Pemeriksaan terhadap koloni cendawan dilakukan secara makroskopis untuk melihat bentuk dan warnanya sedangakan secara mikroskopis untuk mengetahui sifat morfologiknya. Media dan Pereaksi -Sabouraud glucose agar atau Sabouraud dektrose agar — sebagai media pertumbuhan. -Lactophenol cotton blue atau KOH 10% – sebagai deteksi elemen jamur. Prosedur Perlakuan Spesimen Spesimen diambil secara aseptik mungkin dan sesegera dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. Terhadap specimen asal dari organ sebaiknya dalam keadaan dingin, untuk specimen lain seperti kerokan kulit disimpan dalam keadaan kering. Pemeriksaan secara Langsung *Spesimen dalam jumlah sesedikit mungkin letakkan dalam kaca preparat lalu beri 1-2 tetes KOH 10% atau Lactophenol cotton blue. *Tutup dengan cover glass dan hindari adanya gelembung *Dilihat dengan mikroskop Secara Cultur >Inokolasikan media agar dalam petridish dengan potongan kecil specimen yang diduga mengandung aspergillus pada bagian tengahnya. >Jaga kelembaban dengan mensegel cawan Petri dengan selotip. >Inkubasikan pada suhu 37o C selama lebih kurang 7 hari dengan dialasi dengan kertas saring yang dibasahi air. >Diamati pertumbuhan setiap hari Aspergillus flavus Aspergillus flavus Aspergillus niger Aspergillus flavus Aspergillus sp. Pengobatan: Belum ada obat yang benar-benar efektif untuk kasus aspergillosis pada unggas. Pencegahan: Sanitasi hatchery yang ketat, pakan di gudang harus disimpan dengan baik supaya tak ditumbuhi jamur, litter harus cukup tebal dan diganti rutin atau dilakukan pembalikan rutin supaya tak terlalu lembab, perbaiki ventilasi untuk menghindari udara terlalu lembab dan mengurangi singgahnya spora di dalam kandang. Ada empat macam jamur yang dapat mengganggu ayam dan hewan ternak lainnya. Jamur-jamur tersebut adalah : 1. jamur yang menulari bahan makanan di ladang sebelum dipanen, 2. jamur yang menulari bahan makanan selama disimpan setelah di panen, 3. jamur yang menulari campuran bahan makanan dalam bak-bak makanan dan 4. jamur yang menulari saluran pencernaan atau saluran pernafasan ayam. Jamur dari tiga golongan pertama memberikan pengaruh merugikan melalui produksi toksin (mikotoksin) dan dengan cara menghancurkan sebagian nilai gizi bahan makanan yang diserangnya; jamur golongan keempat dapat meyebabkan penyakit-penyakit pathologis yang nyata (mikoses). Di antara jenis-jenis jamur yang menulari hasil panen adalah Diplodia, Gibberella, Fusarium, Cladosporium, Nigospora dan Cephalosporium. Di antara jamur yang paling berbahaya yang menyerang hasil panen seperti kacang tanah selama panen, makanan yang disimpan dan bahan makanan yang disimpan adalah Aspergillus flavus, Aspergillus lainnya dan beberapa Penisillia. Aspergillus fumigatus adalah fungus yang paling pathologis dan merupakan jamur yang sering dijumpai dalam Aspergillosis pada ayam. Mikosis saluran pencernaan biasanya dihasilkan oleh Candida albicans (penyakit tersebut sering dinamakan Moniliasis). Penularan jamur ladang timbul pada keadaan musim panen yang keadaan cuacanya kurang baik dengan kelembaban tinggi. Penelitian dengan jagung berjamur memperlihatkan bahwa mikotoksin yang dihasilkan oleh jamur ladang tersebut tidak menyebabkan mortalitas akan tetapi mengurangi pertumbuhan dan efisiensi penggunaan ransum. Reaksi lebih parah pada hewan yang diberi ransum yang bahan-bahan makanannya telah ditulari dengan Aspergillus flavus. Mikotoksin yang dihasilkan oleh spesies tersebut dinamakan aflatoksin. Aflatoksin pertama kali dikenal pada waktu timbul penyakit di Inggris pada tahun 1960. Aflatoksin tersebut diketahui sebagai toksin pada bungkil kacang tanah yang digunakan sebagai sumber protein pada ransum unggas. Pada tahun 1963 zat tersebut dibuktikan secara khemis dan telah diketahui bahwa ada empat macam aflatoksin yang disebut B-1, B-2, G-1 dan G-2. Aflatoksin mencampuri pengangkutan lemak dalam tubuh dan juga mencampuri penggunaan asam amino pada tingkatan sel. Zat tersebut diketahui karsinogenik yang menghasilkan tumor pada keadaan tertentu. Aspergillus flavus dapat tumbuh dan menghasilkan aflatoksin bila terdapat cukup zat-zat makanan, hawa, kelembaban dan suhu cukup. Jamur aspergillus dapat tumbuh pada setiap bahan makanan ternak atau zat-zat makanan bila kandungan air sekitar 13 sampai 14 persen dan kelembaban relatif di atas 50 persen. Suhu optimal adalah sekitar 21oC akan tetapi aflatoksin dapat dihasilkan antara 10o C dan 38oC. Aflatoksin telah diketahui dapat dihasilkan dari jagung, gandum, bungkil kacang kedele, tepung ikan dan bungkil biji kapas. Di setiap pabrik makanan ternak dapat dicurigai adanya aflatoksin bila bahan makanan disimpan di tempat yang kelembabannya relatif tinggi dan suhunya sedang. Gejala Aflatoksikosis Pada unggas yang telah mengkonsumsi ransum mengandung aflatoksin sebanyak satu ppm akan memperlihatkan kenaikan berat hati sebesar 50%. Sebagian besar kenaikan tersebut adalah lemak. Ayam yang menderita aflatoksikosis akan memperlihatkan hati sangat pucat, limpa dan pankreas kedua-duanya agak membesar, jengger, kaki dan sumsum tulang pucat serta dapat terjadi perdarahan dalam jaringan. Pencegahan Pembentukan Aflatoksin Pertumbuhan jamur pada bahan makanan atau makanan yang telah dicampur dapat dicegah dengan: 1. mengeringkan bahan makanan di bawah kandungan air kritis (lebih kurang 12% air) dan 2. penambahan natrium propionat atau kalsium propionat. Zat-zat tersebut dapat ditambahkan ke dalam bahan makanan atau ransum sejumlah satu kilogram per ton. Nistatin telah pula digunakan untuk mencegah dan pengobatan mokosis tembolok dan diare mikotik. Dalam beberapa pengobatan terhadap Aspergillosis telah dianggap sia-sia. Tidak ada pelengkap makanan yang sanggup mencegah Aspergillosis yang timbul bila ayam berhubungan dengan spora-spora jamur. Hal tersebut terjadi pada waktu litter dibiarkan basah dan menjadi berjamur. (Anonimus, 2008) Patogenesis Dan Patogenesitas Pada Hewan Pada kuda, sapi dan babi, Aspergillus sp. terinhalasi dapat menyebabkan aspergillosis yang bersifat pneumomikosis. Aspergillus sp yang berada dan terbawa dalam aliran darah dapat menyerang otak dan selaput-selaputnya. Aspergillus sp. Juga menyebabkan abortus bila menyerang selaput janin (Kasmiati, 2008). Disgenesis reproduksi mencakup kegagalan reproduksi tanpa memandang penyebabnya maupun periode kebuntingan sewaktu terjadi kehilangan konseptus. Kehilangan konseptus yang terjadi sejak pembuahan sel telur sampai diferensiasi embrional (kurang lebih 45 hari) disebut kematian embrional. Kehilangan konseptus yang terjadi selama periode foetal yaitu dari saat diferensiasi sampai kelahiran dibagi atas abortus dan kelahiran prematur. Abortus adalah kematian fetus sebelum akhir masa kebuntingan dengan fetus yang belum sanggup hidup, sedangkan kelahiran, prematur adalah pengeluaran fetus sebelum akhir masa kebuntingan dengan fetus yang sanggup hidup sendiri di luar tubuh induk. Hampir semua abortus mikotik pada sapi disebabkan oleh dua kelompok jamur. Sekitar 60 sampai 80 persen disebabkan oleh Aspergillus spp dan kebanyakan adalah Aspergillus fumigatus. Kejadian abortus mikotik bervariasi dari 0,5 sampai 16 persen dari semua abortus pada sapi. Aspergillus terdapat dimana-mana dan umumnya bersifat saprofit. Jamur memasuki tubuh hewan melalui pernapasan dan makanan, spora jamur kemudian dibawa ke plasenta melalui aliran darah dari laesio lain pada saluran pencernaan. Hasil penularan ini secara gradual menyebabkan plasentitis, hambatan pemberian makanan pada saluran fetus, kematian fetus dan abortus dalam waktu beberapa Minggu atau beberapa bulan kemudian. Kebanyakan abortus terjadi pada bulan kelima sampai ketujuh masa kebuntingan tetapi dapat berlangsung dari bulan keempat sampai waktu partus. Fetus umumnya dikeluarkan dalam keadaan mati tetapi pada beberapa kasus terjadi kelahiran prematur atau fetus lahir pada waktunya dalam keadaan hidup tapi lemah dan mati segera sesudah lahir. Abortus mikotik umumnya ditandai oleh perubahan-perubahan nyata pada selaput fetus tetapi lebih nyata dari pada perubahan-perubahan abortus karena brusellosis dan vibriosis. Chorion tebal, oedematus dan neurotik. Laesio utama terdapat pada plasentoma, karunkel dan kotiledon sangat membesar, membengkak, oedematus dan nekrotik. Kotiledon yang nekrotik memperlihatkan suatu pusat yang kelabu suram dikelilingi oleh daerah hemoragika dan bertaut erat dengan khorion yang nekrotik. Di dalam ruang utero khorion umumnya terdapat cairan kemerah-merahan dengan kepingan-kepingan nanah. Jamur menyebar melalui selaput fetus ke dalam cairan foetal. Foetus dapat tampak normal, pada 30 persen kasus jamur dapat bertumbuh pada kulit dalam bentuk bercak-bercak seperti pada ichtyosis congenital atau ringworm. Cairan serosa berwarna jerami dapat ditemukan pada jaringan foetal atau rongga tubuhnya. Jamur dapat diisolasi dari isi lambung, dari chorion, atau kotiledon plasenta yang terserang. Penyembuhan pada kasus yang parah cukup lambat dan tertunda atau dapat diikuti oleh kemajiran permanen. Diagnosa dikuatkan oleh pemeriksaan mikroskopik terhadap jamur dari plasenta atau foetus, pemeriksaan histopatologik terhadap jaringan plasental atau foetal dan oleh kultur pada media buatan (Admin, 2007). Aspergillosis Pada Manusia Aspergillosis adalah nama yang diberikan untuk berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur dari genus Aspergillus. Bentuk yang paling umum adalah alergi bronchopulmonary aspergillosis, pulmonary aspergilloma dan serbuan aspergillosis. Kebanyakan manusia menghirup spora Aspergillus setiap hari namun aspergillosis umumnya hanya berkembang pada individu yang immunocompromised (imun rendah), kebanyakan jenis jamur Aspergillus yang paling umum menyerang adalah Aspergillus fumigatus (Anonimus, 2009b). Patogenesis Dan Patogenesitas Pada Manusia Pada manusia dikenal tiga bentuk yaitu pneumomikosis, meninggo- enchepalitis dan opthalmitis. Kejadian pada manusia, aspergilosis bronkopulmonum alergika (allergic bron-chopulmonary aspergillosis = ABPA) ialah penyakit kronis saluran pernafasan yang terjadi pada penderita asma atopi akibat kolonisasi jamur Aspergillus spp. Kasus pertama ABPA didiagnosis di Inggris pada tahun 1952 dan kasus pertama di Amerika Serikat ditemukan pada tahun 1968. Di Medan (Indonesia) kasus tersangka ABPA pernah pula dilaporkan pada tahun 1987. ABPA diawali oleh salah satu sebab yaitu terperangkapnya miselia Aspergillus spp dalam plug 4atho penderita asma atau kolonisasi Aspergillus spp pada saluran pemafasan (bronchial tree) penderita asma. Material 4athogene dari Aspergillus spp tersebut merangsang produksi 4athogen IgE, IgG, IgA dan mensensitisasi limfosit. Asma 4athogene pada sebagian ABPA melibatkan degranulasi sel mast dan melepaskan IgE yang mengakibatkan peningkatan resistensi jalan udara. Terjadinya bronkiektasis yang dikaitkan dengan kelainan ini diduga akibat pembentukan kompleks-imun di dalam jalan udara proksimal. Reaksi tanggap-kebal (immune-response) dapat dilihat pada individu-individu yang terpapar antigen. Berdasarkan studi imunofluorensi terhadap 4athog kulit dari penderita tersebut diatas ternyata menunjukkan deposisi IgG, IgM, IgA dan komplemen. Pada beberapa penderita telah dibuktikan pula bahwa penyakit saluran pernafasan tersebut disebabkan oleh hipersensitivitas lambat (delayed hypersensitivity). Jadi 4athogenesis ABPA ini tergantung pada reaksi imunologik tipe I dan III (Kasmiati, 2008). Gejala Adanya bola jamur di paru-paru mungkin tidak menimbulkan gejala dari luar dan dapat ditemukan hanya dengan x-ray dada. Infeksi Aspergillus di paru-paru sering menyebabkan batuk, demam, sakit dada, dan kesulitan bernapas. Jika pengidap batuk maka bentuknya: batuk berdarah berulang dan kadang-kadang parah bahkan fatal dan menimbulkan banyak pendarahan. Aspergillosis mempengaruhi jaringan bagian tubuh, gejala lainnya termasuk badan terasa panas dingin, tubuh bergetar, mengigau saat demam dan beku darah. Juga dapat berkembang menjadi gagal ginjal, gagal hati (menyebabkan sakit kuning), dan kesulitan bernapas sehingga kematian dapat terjadi dengan cepat. Aspergillosis di kanal telinga menyebabkan gatal, aspergillosis pada sinuses menyebabkan kemacetan dan rasa sakit atau kadang-kadang mengeluarkan cairan. Diagnosis X-ray dan perhitungan tomography di dada pada memanisfetasikan udara dengan tanda bulan sabit, terhadap pasien hematologic dengan invasi aspergillosis dapat dilakukan tes galactomannan. Pengobatan Obat-obatan amphotericin B, caspofungin, flucytosine, itraconazole, voriconazole digunakan untuk mengobati infeksi jamur ini. Untuk kasus parah diberikan terapi kombinasi dari voriconazole dan caspofungin disarankan sebagai obat garis depan untuk perawatan (Anonimus, 2009d). DAFTAR KEPUSTAKAAN Admin, (2007). Abortus Karena Jamur Pada Bakteri. http://www.vet- indo.com/ Kasus-Medis/Abortus-karena-Jamur-pada-Sapi.html. Anonimus, (2001). Mikotoksin. http://one.indoskripsi.com/node/8983 Anonimus, (2004). Pengaruh Iklim Terhadap Pertumbuhan Jamur. http://nailfunguscuresnow.com/id/harmful-effects-of-fungi/ Anonimus, (2008a). Jamur.http://prestasiherfen.blogspot.com/2008/11/jamur.html Anonimus, (2008b). Infeksi Jamur pada Paru-Paru. http://mikrobia.wordpress. /page/2/ Anonimus, (2008c). Aspergillus. http://blogkita.info/my-kampuz/my-kuliah/ info-penyakit/aspergilosis/ Anonimus, (2008d). Aspergillus. www. Litbang Pertanian. Departemen Pertanian RI. Jakarta Anonimus, (2008e). Anti Jamur dan Terjadinya Aflatoksin. http://chickaholic. wordpress.com/2008/04/25/anti-jamur-dan-terjadinya-aflatoksin/ Anonimus, (2009a). Makanan dan Mikroorganisme. http://lemlit.unila.ac.id file/arsip%202009/SATEK%202008/VERSI%20PDF/bidang%203/58.pdf Anonimus, (2009b). Fungi. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2009/05/ teknologi-pupuk-hayati-fungi-pelarut_7292.html Anonimus, (2009c). Aspergillosis Pada Ayam. http://doktereri.blogspot.com/2009 06/aspergillosis-pada-ayam.html Anonimus, (2009d). Aspergillosis Pada Manusia. http://pisangkipas.wordpress. com/2009/06/09/aspergillosis/ Curtis, L., A. Lieberman, M. Stark, W. Rea & M. Vetter, (2004). Adverse healt effect of indoor molds. Journal of Nutritional & Environment, 14(3): 261 – 274. Carlile, M.J. & S.C. Watkinson, (1994). The fungi. Academic Press Ltd., London: xiii+482hlm. Dahlan, Z, (1998). Masalah asma di Indonesia dan penanggulangannya. Cermin DuniaKedokteran,121. Mazur, L.J., J. Kim & the Commitee on Environmental Health, (2006). Spectrum of noninfectious healt effects from molds. Pediatrics, 118: 1909 – 192 Karmiati, S., K. Rihimbani, R. C.Rumlus, P.Manggala & Isak Moesido, (2008). Aspergillosis: Patogenesis dan Patogenesitas. http://adasidna.blogspot. com/2008/03/aspergillosis-patogenesis-dan_13.html

1 komentar:

  1. If you're trying hard to lose fat then you have to start following this totally brand new personalized keto meal plan.

    To design this keto diet, certified nutritionists, personal trainers, and cooks united to produce keto meal plans that are effective, convenient, price-efficient, and delicious.

    From their grand opening in early 2019, 1000's of clients have already completely transformed their body and health with the benefits a professional keto meal plan can offer.

    Speaking of benefits: clicking this link, you'll discover eight scientifically-certified ones provided by the keto meal plan.

    BalasHapus